lutfirahmawati.blogspot.com lutfirahmawati.blogspot.com

23.07 / Comments (0) / by Unknown



JALUR 04
oleh: Lutfi Rahmawati

Aku duduk disudut jendela, mataku sayu menatap sang rebulan yang seakan menatapku, dan benar-benar telah memahami perasan ku yang tak karuan. Mengingat peristiwa siang tadi, tragedi kecil penyiraman jus  dikanti sekolah yang entahlah...  Sama sekali aku tak mengerti apa inti permasalahanya, tiba-tiba  berbagai jurus umpatan melontar dari mulutnya menghardikku. Aku merasa sangat malu semua orang menatapku, memelototiku seperti memandangi pertunjukan badut yang sangat lucu hingga mereka tertawa lepas. Bualan-bualan mereka selalu muncul dan terngiang-ngiang di otakku, kata-kata yang begitu menyakitkan.
“Hai liat itu! Hahahahaha.....” kata salah seorang anak sambil tertawa meledek.
“Ya ampun, kasian.. kayak badut sirkus” tambah salah seorang.
 “Badut sirkus?? Itu sih si upik abu kesiram jus, ehhh salah si beruk maskeran pakek juss.”kata orang itu yang semakin meledek.
“Itu anak baru, baru dapet upacara penyambutan dari  Anna.”kata seorang anak
Aku hanya meneteskan air mata mendengar apa yang mereka katakan, dan aku berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan baju dan mukaku yang kotor akibat jus yang disiramkan Anna. Anna dan temannya (Disti, Velin, seren) menyusulku di toilet dan kembali membentak-bentaku.
 “Heh kamu tu gak tau diri banget ya jadi anak baru, baru satu bulan sekolah disini udah berulah” bentak Anna mendorongku masuk ke toilet .
“Aku gak ngerti, aku bikin ulah apa Anna. Aku ngrasa..”
“Gak ngerti, apa pura-pura gak ngerti. Gak ngrasa juga, gak usah berasa hebat deh kamu!” Kata Anna memotong  pembicaranku dengan ketus.
“ Aku peringatin ya Key, kmu itu cuma anak baru gak usah blagu, gausah berulah”
            Sudah tradisi anak baru selau jadi bulan-bulanan Anna dan genknya apa lagi kalau dianggap menyainginya. Namun aku benar-benar tidak mengerti kesalahan apa yang telah aku perbuat kepadanya, sepanjang perjalanan pulang hingga sampai di rumah aku terus memikirkannya dan tidak ada jawaban yang muncul diotakku.
“Non kenapa kok bajunya kotor begitu, turus kok murung gitu? Nanti cantiknya ilang lho!” bibi bertanya melihat seragamku yang masih saja kotor kerena bekas jus yang aku bersihkan masih menyisakan noda.
“Gak papa kok bi. aku langsung kekamar ya bi”
“Gak makan dulu non? bibi udah masakin  cumi asam madu kesukaan non.”
“Makasih bi. nanti aku makan .”
Aku masuk kekamar dan menghempaskan badanku ke tempat tidur ku pejam kan mata tuk melepaskan penatku. Tuhan baru sebulan sekolah disana tapi udah ada musuh aja. Andaikan  Papa ngebolehin aku tetep sekolah disekolah yang lama pasti gak bakal kayak gini. Hanya  karena kehawatiran papa akan cerita teman-teman papa yang katanya anak mereka sering ngeboloslah, sering pulang malam bilangnya ikut bimbel, ikut kegiatan sekolah ternyata nglayap tidak jelas juntrungannya sampai-sampai kejerumus kepergaulan bebas. Aku semakin tidak mengerti  mengapa seperti ini sekolah baru dengan orang yang aneh bin ajaib itu.
Tidak terasa malam semakin larut bulanpun semakin lelah menemani ku,  dan lelah membaca lamunanku. Tidak terasa juga aku terlelap dalam lamunanku terbawa mimpi seakan bulan memangkuku dan menjaga tidurku.
Kriiiiiiiinnggg....krriiiinnnngggg...kriingggggg!!!!!
Jam wekerku membangunkan aku dari  pangkuan bulan. Dengan gugup dan kaget aku memaksa mataku untuk mengintip jam wekerku.
“Emm baru jam tujuh..masih ngantuk.” Gumamku
“Jam tujuh?? Waaaa aku telat!!”
 Dengan tergesa-gesa aku mandi dan cepat-cepat ganti baju. Aku meminta Pak Kadir untuk mengantarku karena tidak mungkin aku naik bus ke sekolah semakin terlambat kalu harus menunggu bus.
“Non sarapan dulu. Susunya diminum!”
“Aduh udah gak sempet bik. Udah telat banget!”
“Pak Kadir ayo berangkat udah telat nih!”
Pak Kadir bergegas masuk  mobil.
“Pak Kadir pakai motor bapak aja kalo paki mobil gak bisa ambil jalan tikus, tambah telat juga!”
Pak Kadir langsung tancap gas. Dengan motor CB tua miliknya yang keadaanya masih cukup layak pakai.
“Pak ngebut lagi bisa kan?”
“Iya non, siap. Tapi ini udah kecepatan maksimal non.”
Sesampainya disekolah Bapak Hendrawan guru BK di sekolahku sudah menunggu didepan gerbang sekolah dengan mata melotot seperti harimau yang akan menerkam mangasanya. akhirnya jatah hukuman dari Pak Hendrawan aku dapatkan juga. Aku tersentak melihat Seren(teman segenk Anna) ada di ujung barisan, sialnya aku mendapat hukuman yang sama dengan Seren membersihkan taman sekolah.  Aku setengah kaget melihat Seren melangkah mendekatiku jantungku berdegup kencang dalam hati aku bertanya masalah apa lagi ini.
“ Keyla, aku mau ngomong dikit bisa?” Seren tiba-tiba melontarkan pertanyaan yang tidak aku duga.
“ Iya tentu, kenapa Ser?”
“ Aku minta maaf soal kemaren, ya kmu tau kan aku bagian dari geng mereka aku gak bisa apa-apa apalagi Anna aku hanya bisa mengikuti apa kata dia.”
“Iya gak papa kok Ser.”
Hari ini emosi Anne sedikit mereda dia tak begitu brutal seperti kemarin, hanya memandangku dengan sinis. Entah aku tidak mengerti akan jalan pikiranya, mukin dia sudah tidak tertarikuntuk membuliku.
Setelah bel berbunyi aku bergegas menuju halte, sudah rutinitasku menunggu bus jalur 04. 04 adalah jalur bus yang melewati kompleks rumahku Golden residence. Hujan turun begitu lebat dan busku baru saja datang terpaksa aku menerobos hujan untuk masuk kedalam bus yang begitu sesak dan aaku harus berdiri berdesak-desakan karena bus yang penuh penumpang. Bus sudah melesat jauh tak terasa sudah hampir sampai tapi hujan tidak kunjung reda.
“Ah sial aku lupa bawa payung”gumamku.
“Turun dimana memangnya? “sahut suara dari belakangku  yang tidak aku kenal
“Di Golden residence” aku menjawab dengan singkat
            Kenek bus berteriak ‘golden residencae’ aku bergegas turu dan siap menerjang hujan, tapi tak disangka ada jaket memayungi kepalaku aku menoleh dan sesosok laki-laki berseragam sama dengan seragam sekolahku yang tadi berdiri dibelakangku.
“Gak usah kaget aku gak bermaksud jahat kok. Rumah mu yang mana? masih jauh apa tidak?”
“Depan belokkanan belok kanan rumah no.14, kamu tingal disini juga?”
“Nanti juga kamu tau” kata cowok itu.
“Ini no.14 udah sampaikan. Masuk gih san keburu dingin”kata cowok itu.
“Iya ayo masuk dulu baju kamu basah tu!”
“Makasih aku langsung pulang aja.”
“Makasih ya udah di anter”
“Ok..ok..”kata dia sambil mengacungkan ibu jarinya dan berlari menerobos hujan.
“Eh nama kamu siapa?” teriakku tapi tidak dihiraukan olehnya karena hujan yang deras.
            Semalaman aku membayangkan wajahnya yang tampan, dan sikapnya yang begitu baik. Aku bertanya-tanya di gang apa dia tingal, nomer berapa rumahnya, dan berharap bisa bertemu dengan dia lagi.
            Keesokan harinya saat jam istirhat dikantin sekolah dia menghampiriku, sontak aku kaget melihat dia dukduk didepan ku.
“ Hai laper ya. Kemarin yang di bus itukan?”kata cowok itu
“Em iya.” aku menjawab dengan kikuk.
“Kemarin lupa tanya nama kamu. Siapa nama mu? Aku Natan.” tegas nya
“Oh aku keyla,  Kemari ku tanya nama kamu tapi kayaknya kamu gak denger. Kamu kelas apa kok aku jarang liat kamu?”
“Aku kelas XII IPA 3”jawab Natan
“ Aku kelas XI IPS 4” tegas ku.
“Iya aku tau. Anak barukan?” tanya natan setegah meledekku.
“Kok kak natan tau sih. Hayo ada apa?”sambung dela menanggapi Natan dengan meledek
             Kami larut dalam canda. Di meja kantin ujung barat ada sepasang mata menatapku dengan sengit, Anna mengawasiku dari jauh memperhatikan setiap gerak geriku. Aku merasa tidak nyaman dan mengajak Dela kembali kekelas.
“Kenapa Key kok tiba-tiba ngajak ke kelas? Kan lagi asyik ngobrol ama kak Natan. Aku heran deh kok kamu bisa kenal Kak Natan cowok super cool dan ganteng itu. Apa lagi dia terkenal susah dideketin. Pakek jurus apa sih kamu sampek kak Natan bisa akrab banget? tau namanya aja bru tadikan?” kata Dela nerocos melmpar pertanyaan kepadaku.
“satu-satu kali tanyanya” sahutku.
“Iya iya, tigal jawab ini.”kata Dela sedikit sewot.
“Ada Anna tadi melototin aku sapek matanya mau copot.. aku males kalu-kalau dia kayak kemarin lagi”
“Oh ketemu di bus kemarin waktu pulang sekolah”
“Hah..anna melototin kamu, gawat... dia ngliatin kita waktu ngobrol ama kak Natan?” kata Dela kaget.
“Iya. Gawat kenapa?”tanya aku kepada Dela.
“Anna tu mantanya kak Natan Diaputus juga baru-baru ini.”jawab Dela.
“Memangnya kenapa? dia udah putus ini, lagian juga kan cuma ngobrol sama kak Natan.”
“Ih jangan begok deh, kabarnya Anna tu masih sayang sama kak Natan. Bisa jadi bulan-bulanan Anna kita key” kata Dela menjelaskan.
            Seketika mukaku pucat pasti akan ada perang dunia ke empat, antara aku dan Anna. Ya benar Anna masuk ke kelasku dan mencariku.
“Keyla!!! Ada hubungan apa kamu dengan Natan.” Katanya dengan ketus
“Enggak ada hubungan apa-apa.” Jawabku singkat.
“Yakin. Gak uasah bohong..”kata Anna.
Teeeetttttt..tettt..tettt
Bunyi bel menylamatkan aku dari introgasi Anna, aku merasa lega. Pelajaran kelasku pun dimulai ibu Septi guru sejarah menjelaskan materi  sejarah tengtang masa penjajahan di Indonesia aku memperhatikan dengan seksama. Siang sudah berganti sore saatnya pulang, seperti biasa aku menggu bus jalur 04 di halte, hari ini bus cepat datang. Ya kak Natan juga menaiki bus yang sama denganku ini berlangsung selama 3 minggu berturut-turut. Dan aku semakin dekat dengan Kak natan kita semakin sering pergi dan jalan-jalan bersama.
hingga tiba saat kak Natan membuatku terkejut.
“Keyla. Kamu masih penasaran tidak dimana rumahku, nomer rumahku dan gang apa?”tanya kak Natan kepadaku.
“Iya lah, kak Natan sih pakek rahasia-rahasian segala.. kenapa sekarang mau kasih tau dimana alamatnya? Ah aku udah gak tertarik, males, gak pengen tau juga.” Jawabku
“Bener? Nanti tunggu sms dariku ya.”kata kak Natan.
“Alamat rumah? Udah gak pengen tau kak!”
“Yee siapa yang mau sms alamt rumah, katanya udah gak mau tau dan udah tau rumahku pasti sekomplek sama kamu.” Kak natan meledekku.
“Terus? Mau ngajakin aku pergi ya?” tanyaku kepada natan.
“Bisa jadi” jawabnya sambil berjalan meninggalkan aku.
            Hari semakin malam tidak ada tanda-tanda sms masuk dari kak Natan, aku hanya menunggu. Pukul 19.01 hpku berdering aku buka ternyata dari kak Natan, aku merasa sangat senang.
       Jam 20.00 dteng k Jln. Kahuripan no. 435
       Trserah mau dteng apa gak.       
       Dari: Natan
       10/02/2014 19:01:32
            Aku langsung datang menemuinya. Ternyata alamat itu alamat rumahnya. Tepat di depan rumahnya dia memberiku seikat bunga mawar. Dia menyatakan cinta kepadaku,dia memberikan cincin, tetapi saat dia akan menyematkan kejariku cincinya menggelinding kejalan raya. Dan Chiiiitttt Bruuukkkkk........ sebuah mobil menabrak.
            Nyawa Kak Natan tidak tertolong, penjaga hatiku Natan Wijaya sudah tidak lagi menemaniku menaiki bus jalur 04. Sekarang cerita Cinta yang bersemi di bus jalur 04 hanya tingal kenangan lalu. Dan Tingal Anna yang semakin membenci dan menyalahkan aku.