JALUR 04
oleh:
Lutfi Rahmawati
Aku
duduk disudut jendela, mataku sayu menatap sang rebulan yang seakan menatapku, dan
benar-benar telah memahami perasan ku yang tak karuan. Mengingat peristiwa
siang tadi, tragedi kecil penyiraman jus
dikanti sekolah yang entahlah...
Sama sekali aku tak mengerti apa inti permasalahanya, tiba-tiba berbagai jurus umpatan melontar dari mulutnya
menghardikku. Aku merasa sangat malu semua orang menatapku, memelototiku
seperti memandangi pertunjukan badut yang sangat lucu hingga mereka tertawa lepas.
Bualan-bualan mereka selalu muncul dan terngiang-ngiang di otakku, kata-kata
yang begitu menyakitkan.
“Hai
liat itu! Hahahahaha.....” kata salah seorang anak sambil tertawa meledek.
“Ya
ampun, kasian.. kayak badut sirkus” tambah salah seorang.
“Badut sirkus?? Itu sih si upik abu kesiram
jus, ehhh salah si beruk maskeran pakek juss.”kata orang itu yang semakin
meledek.
“Itu
anak baru, baru dapet upacara penyambutan dari Anna.”kata seorang anak
Aku
hanya meneteskan air mata mendengar apa yang mereka katakan, dan aku berjalan
menuju kamar mandi untuk membersihkan baju dan mukaku yang kotor akibat jus
yang disiramkan Anna. Anna dan temannya (Disti, Velin, seren) menyusulku di
toilet dan kembali membentak-bentaku.
“Heh kamu tu gak tau diri banget ya jadi anak
baru, baru satu bulan sekolah disini udah berulah” bentak Anna mendorongku masuk
ke toilet .
“Aku
gak ngerti, aku bikin ulah apa Anna. Aku ngrasa..”
“Gak
ngerti, apa pura-pura gak ngerti. Gak ngrasa juga, gak usah berasa hebat deh
kamu!” Kata Anna memotong pembicaranku
dengan ketus.
“
Aku peringatin ya Key, kmu itu cuma anak baru gak usah blagu, gausah berulah”
Sudah tradisi anak baru selau jadi bulan-bulanan Anna dan
genknya apa lagi kalau dianggap menyainginya. Namun aku benar-benar tidak
mengerti kesalahan apa yang telah aku perbuat kepadanya, sepanjang perjalanan
pulang hingga sampai di rumah aku terus memikirkannya dan tidak ada jawaban
yang muncul diotakku.
“Non
kenapa kok bajunya kotor begitu, turus kok murung gitu? Nanti cantiknya ilang
lho!” bibi bertanya melihat seragamku yang masih saja kotor kerena bekas jus
yang aku bersihkan masih menyisakan noda.
“Gak
papa kok bi. aku langsung kekamar ya bi”
“Gak
makan dulu non? bibi udah masakin cumi
asam madu kesukaan non.”
“Makasih
bi. nanti aku makan .”
Aku
masuk kekamar dan menghempaskan badanku ke tempat tidur ku pejam kan mata tuk
melepaskan penatku. Tuhan baru sebulan sekolah disana tapi udah ada musuh aja.
Andaikan Papa ngebolehin aku tetep
sekolah disekolah yang lama pasti gak bakal kayak gini. Hanya karena kehawatiran papa akan cerita teman-teman
papa yang katanya anak mereka sering ngeboloslah, sering pulang malam bilangnya
ikut bimbel, ikut kegiatan sekolah ternyata nglayap tidak jelas juntrungannya
sampai-sampai kejerumus kepergaulan bebas. Aku semakin tidak mengerti mengapa seperti ini sekolah baru dengan orang
yang aneh bin ajaib itu.
Tidak
terasa malam semakin larut bulanpun semakin lelah menemani ku, dan lelah membaca lamunanku. Tidak terasa
juga aku terlelap dalam lamunanku terbawa mimpi seakan bulan memangkuku dan
menjaga tidurku.
Kriiiiiiiinnggg....krriiiinnnngggg...kriingggggg!!!!!
Jam
wekerku membangunkan aku dari pangkuan bulan.
Dengan gugup dan kaget aku memaksa mataku untuk mengintip jam wekerku.
“Emm
baru jam tujuh..masih ngantuk.” Gumamku
“Jam
tujuh?? Waaaa aku telat!!”
Dengan tergesa-gesa aku mandi dan cepat-cepat
ganti baju. Aku meminta Pak Kadir untuk mengantarku karena tidak mungkin aku
naik bus ke sekolah semakin terlambat kalu harus menunggu bus.
“Non
sarapan dulu. Susunya diminum!”
“Aduh
udah gak sempet bik. Udah telat banget!”
“Pak
Kadir ayo berangkat udah telat nih!”
Pak Kadir bergegas
masuk mobil.
“Pak
Kadir pakai motor bapak aja kalo paki mobil gak bisa ambil jalan tikus, tambah
telat juga!”
Pak Kadir langsung
tancap gas. Dengan motor CB tua miliknya yang keadaanya masih cukup layak
pakai.
“Pak
ngebut lagi bisa kan?”
“Iya
non, siap. Tapi ini udah kecepatan maksimal non.”
Sesampainya
disekolah Bapak Hendrawan guru BK di sekolahku sudah menunggu didepan gerbang
sekolah dengan mata melotot seperti harimau yang akan menerkam mangasanya. akhirnya
jatah hukuman dari Pak Hendrawan aku dapatkan juga. Aku tersentak melihat
Seren(teman segenk Anna) ada di ujung barisan, sialnya aku mendapat hukuman
yang sama dengan Seren membersihkan taman sekolah. Aku setengah kaget melihat Seren melangkah
mendekatiku jantungku berdegup kencang dalam hati aku bertanya masalah apa lagi
ini.
“
Keyla, aku mau ngomong dikit bisa?” Seren tiba-tiba melontarkan pertanyaan yang
tidak aku duga.
“
Iya tentu, kenapa Ser?”
“
Aku minta maaf soal kemaren, ya kmu tau kan aku bagian dari geng mereka aku gak
bisa apa-apa apalagi Anna aku hanya bisa mengikuti apa kata dia.”
“Iya
gak papa kok Ser.”
Hari
ini emosi Anne sedikit mereda dia tak begitu brutal seperti kemarin, hanya
memandangku dengan sinis. Entah aku tidak mengerti akan jalan pikiranya, mukin
dia sudah tidak tertarikuntuk membuliku.
Setelah bel berbunyi
aku bergegas menuju halte, sudah rutinitasku menunggu bus jalur 04. 04 adalah
jalur bus yang melewati kompleks rumahku Golden residence. Hujan turun begitu
lebat dan busku baru saja datang terpaksa aku menerobos hujan untuk masuk
kedalam bus yang begitu sesak dan aaku harus berdiri berdesak-desakan karena
bus yang penuh penumpang. Bus sudah melesat jauh tak terasa sudah hampir sampai
tapi hujan tidak kunjung reda.
“Ah
sial aku lupa bawa payung”gumamku.
“Turun
dimana memangnya? “sahut suara dari belakangku
yang tidak aku kenal
“Di
Golden residence” aku menjawab dengan singkat
Kenek bus berteriak ‘golden residencae’ aku bergegas turu
dan siap menerjang hujan, tapi tak disangka ada jaket memayungi kepalaku aku
menoleh dan sesosok laki-laki berseragam sama dengan seragam sekolahku yang
tadi berdiri dibelakangku.
“Gak
usah kaget aku gak bermaksud jahat kok. Rumah mu yang mana? masih jauh apa
tidak?”
“Depan
belokkanan belok kanan rumah no.14, kamu tingal disini juga?”
“Nanti
juga kamu tau” kata cowok itu.
“Ini
no.14 udah sampaikan. Masuk gih san keburu dingin”kata cowok itu.
“Iya
ayo masuk dulu baju kamu basah tu!”
“Makasih
aku langsung pulang aja.”
“Makasih
ya udah di anter”
“Ok..ok..”kata
dia sambil mengacungkan ibu jarinya dan berlari menerobos hujan.
“Eh
nama kamu siapa?” teriakku tapi tidak dihiraukan olehnya karena hujan yang
deras.
Semalaman aku membayangkan wajahnya yang tampan, dan
sikapnya yang begitu baik. Aku bertanya-tanya di gang apa dia tingal, nomer
berapa rumahnya, dan berharap bisa bertemu dengan dia lagi.
Keesokan harinya saat jam istirhat dikantin sekolah dia
menghampiriku, sontak aku kaget melihat dia dukduk didepan ku.
“
Hai laper ya. Kemarin yang di bus itukan?”kata cowok itu
“Em
iya.” aku menjawab dengan kikuk.
“Kemarin
lupa tanya nama kamu. Siapa nama mu? Aku Natan.” tegas nya
“Oh
aku keyla, Kemari ku tanya nama kamu
tapi kayaknya kamu gak denger. Kamu kelas apa kok aku jarang liat kamu?”
“Aku
kelas XII IPA 3”jawab Natan
“
Aku kelas XI IPS 4” tegas ku.
“Iya
aku tau. Anak barukan?” tanya natan setegah meledekku.
“Kok
kak natan tau sih. Hayo ada apa?”sambung dela menanggapi Natan dengan meledek
Kami larut dalam
canda. Di meja kantin ujung barat ada sepasang mata menatapku dengan sengit,
Anna mengawasiku dari jauh memperhatikan setiap gerak geriku. Aku merasa tidak
nyaman dan mengajak Dela kembali kekelas.
“Kenapa
Key kok tiba-tiba ngajak ke kelas? Kan lagi asyik ngobrol ama kak Natan. Aku
heran deh kok kamu bisa kenal Kak Natan cowok super cool dan ganteng itu. Apa
lagi dia terkenal susah dideketin. Pakek jurus apa sih kamu sampek kak Natan
bisa akrab banget? tau namanya aja bru tadikan?” kata Dela nerocos melmpar
pertanyaan kepadaku.
“satu-satu
kali tanyanya” sahutku.
“Iya
iya, tigal jawab ini.”kata Dela sedikit sewot.
“Ada
Anna tadi melototin aku sapek matanya mau copot.. aku males kalu-kalau dia
kayak kemarin lagi”
“Oh
ketemu di bus kemarin waktu pulang sekolah”
“Hah..anna
melototin kamu, gawat... dia ngliatin kita waktu ngobrol ama kak Natan?” kata
Dela kaget.
“Iya.
Gawat kenapa?”tanya aku kepada Dela.
“Anna
tu mantanya kak Natan Diaputus juga baru-baru ini.”jawab Dela.
“Memangnya
kenapa? dia udah putus ini, lagian juga kan cuma ngobrol sama kak Natan.”
“Ih
jangan begok deh, kabarnya Anna tu masih sayang sama kak Natan. Bisa jadi
bulan-bulanan Anna kita key” kata Dela menjelaskan.
Seketika mukaku pucat pasti akan ada perang dunia ke
empat, antara aku dan Anna. Ya benar Anna masuk ke kelasku dan mencariku.
“Keyla!!!
Ada hubungan apa kamu dengan Natan.” Katanya dengan ketus
“Enggak
ada hubungan apa-apa.” Jawabku singkat.
“Yakin.
Gak uasah bohong..”kata Anna.
Teeeetttttt..tettt..tettt
Bunyi
bel menylamatkan aku dari introgasi Anna, aku merasa lega. Pelajaran kelasku
pun dimulai ibu Septi guru sejarah menjelaskan materi sejarah tengtang masa penjajahan di Indonesia
aku memperhatikan dengan seksama. Siang sudah berganti sore saatnya pulang,
seperti biasa aku menggu bus jalur 04 di halte, hari ini bus cepat datang. Ya
kak Natan juga menaiki bus yang sama denganku ini berlangsung selama 3 minggu
berturut-turut. Dan aku semakin dekat dengan Kak natan kita semakin sering
pergi dan jalan-jalan bersama.
hingga tiba saat kak Natan membuatku terkejut.
“Keyla.
Kamu masih penasaran tidak dimana rumahku, nomer rumahku dan gang apa?”tanya kak
Natan kepadaku.
“Iya
lah, kak Natan sih pakek rahasia-rahasian segala.. kenapa sekarang mau kasih
tau dimana alamatnya? Ah aku udah gak tertarik, males, gak pengen tau juga.”
Jawabku
“Bener?
Nanti tunggu sms dariku ya.”kata kak Natan.
“Alamat
rumah? Udah gak pengen tau kak!”
“Yee
siapa yang mau sms alamt rumah, katanya udah gak mau tau dan udah tau rumahku
pasti sekomplek sama kamu.” Kak natan meledekku.
“Terus?
Mau ngajakin aku pergi ya?” tanyaku kepada natan.
“Bisa
jadi” jawabnya sambil berjalan meninggalkan aku.
Hari semakin malam tidak ada tanda-tanda sms masuk dari
kak Natan, aku hanya menunggu. Pukul 19.01 hpku berdering aku buka ternyata
dari kak Natan, aku merasa sangat senang.
Jam 20.00 dteng k Jln. Kahuripan no. 435
Trserah mau dteng apa gak.
Dari:
Natan
10/02/2014 19:01:32
Aku langsung datang menemuinya. Ternyata alamat itu
alamat rumahnya. Tepat di depan rumahnya dia memberiku seikat bunga mawar. Dia
menyatakan cinta kepadaku,dia memberikan cincin, tetapi saat dia akan menyematkan
kejariku cincinya menggelinding kejalan raya. Dan Chiiiitttt Bruuukkkkk........
sebuah mobil menabrak.
Nyawa Kak Natan tidak tertolong, penjaga hatiku Natan
Wijaya sudah tidak lagi menemaniku menaiki bus jalur 04. Sekarang cerita Cinta
yang bersemi di bus jalur 04 hanya tingal kenangan lalu. Dan Tingal Anna yang
semakin membenci dan menyalahkan aku.